Rabu, 27 November 2013

Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus merupakan penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan ketiadaan absolut insulin atau penurunan relatif insensitivitas sel terhadap insulin. Pemeriksaan yang digunakan untuk diagnosis diabetes, diantaranya : pemeriksaan glukosa plasma puasa (FPG, fasting plasma glucose), dan pemeriksaan toleransi glukosa oral (OGTT, oral glucose tolerance test). Kadar FPG antara 100 dan 125 ml/dL mengindikasikan pradiabetes, dan kadar FPG 126 ml/dL atau lebih dianggap diabetes. Untuk OGTT, kadar gula darah individu diukur setelah puasa dan dua jam setelah minum minuman manis. OGTT dua jam antara 140 dan 199 mg/dL mengindikasikan pradiabetes, kadar 200 mg/dL atau lebih mengindikasikan diabetes (Corwin, 2008).

Klasifikasi Diabetes mellitus (Corwin, 2008)
Diabetes Mellitus tipe I
Diabetes mellitus tipe I adalah penyakit hiperglikemia akibat ketiadaan absolut insulin. Penyakit ini dapat timbul pada semua kelompok usia. Diabetes tipe ini merupakan penyakit yang biasanya berkembang secara perlahan selama beberapa tahun, dengan adanya autoantibodi dan destruksi yang terjadi secara terus – menerus pada diagnosis lanjut.

Diabetes mellitus tipe II
Merupakan hiperglikemia yang disebabkan insensitivitas seluler terhadap insulin. Selain itu, terjadi defek sekresi insulin ketidakmampuan pankreas untuk menghasilkan insulin yang cukup untuk mempertahankan glukosa plasma yang normal. Predisposisi genetik yang kuat dan faktor lingkungan yang nyata dapat menyebabkan diabetes mellitus tipe 2.

Diabetes mellitus tipe III
Diabetes tipe III merupakan tipe spesifik diabetes yang disebabkan trauma pankreatik, neoplasma, atau penyakit dengan karakteristik gangguan endokrin, seperti penyakit Cushing.

Diabetes mellitus tipe IV
Diabetes mellitus tipe 4 atau diabetes gestasional merupakan diabetes yang terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap diabetes. Meskipun diabetes tipe ini dapat membaik setelah persalinan, sekitar 50% pengidapnya akan kembali ke status diabetes setelah kehamilan berakhir. Bahkan jika membaik setelah persalinan, resiko mengidap diabetes tipe dua kira-kira lima tahun mendatang lebih besar daripada normal.

Gejala Diabetes
Penyakit diabetes mellitus dapat menunjukan gejala klinis yang bermacam-macam. Beberapa gejala yang dapat terlihat dari pasien penderita diabetes mellitus adalah poliuria (peningkatan pengeluaran urin), polidipsia (peningkatan rasa haus), polifagia (peningkatan rasa lapar), rasa lelah dan kelemahan otot akibat katabolisme protein di otot dan ketidakmampuan sebagian besar sel untuk menggunakan glukosa sebagai energi (Corwin,2008)


Terapi Diabetes
Terapi Nonfarmakologi
a. Diet
Diet yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat, protein, dan lemak. Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, dan kegiatan fisik, untuk mencapai dan mempertahankan berat badan ideal. Penurunan berat badan dapat mengurangi resistensi insulin dan memperbaiki respon sel-sel beta terhadap stimulus glukosa. Selain itu, asupan serat dapat penting karena dapat menghambat penyerapan lemak (Depkes RI, 2005).

b. Olahraga
Olah raga utuk penderita diabetes pada umumnya ringan dan dilakukan secara teratur. Olah raga dapat meningkatkan aktivitas reseptor insulin dalam tubuh dan meningkatkan penggunaan glukosa (Depkes RI, 2005).

Terapi Farmakologi
Terapi obat diperlukan apabila terapi tanpa obat seperti pengaturan diet dan olah raga belum berhasil mengendalikan kadar glukosa darah. Terapi obat yang diberikan baik dalam bentuk antidiabetes oral ataupun terapi insulin (Depkes RI, 2005). Antidiabetes oral meliputi agen yang meningkatkan sekresi insulin seperti Sulfonilurea, biguanid, tiazolidin dan agen penghambat alfa-glukosidase (Katzung, 2008), dan penghambat Dipeptidil Peptidase IV (ACP, 2007).
a. Sulfonilurea
Sulfonilurea bekerja meningkatkan sekresi insulin dari pankreas (ACP, 2007). Efek samping yang sering terjadi adalah hipoglikemia dan penambahan berat badan (Wells, Dipiro, & Schwinghammer, 2003).
b. Meglitinid
Meglitinid merupakan antidiabetik oral dengan mekanisme kerja meningkatkan sekresi insulin secara cepat seperti golongan sulfonilurea sehingga disebut agen sekresi insulin nonsulfoniluea (ACP, 2007), tetapi pengeluaran insulin bergantung dari konsentrasi gula darah, sehingga dapat mengurangi terjadiya hipoglikemia berat (Wells, Dipiro, & Schwinghammer, 2003).
c. Biguanid
Biguanid menghambat glukoneogenesis hati dan meningkatkan glikogenolisis yang rendah (ACP, 2007). efek samping yang umum adalah mual, muntah, diare, anoreksia, dan rasa logam di mulut (Wells, Dipiro, & Schwinghammer, 2003).
d. Tiazolidin
Tiazolidin meningkatkan sensitivitas insulin dalam otot dan lemak (ACP, 2007). efek sampingnya adalah edema, peningkatan berat badan (Wells, Dipiro, Schwinghammer, & Hamilton, 2003).
e. Penghambat alfa-glukosidase
Penghambat alfa-glukosidase yang menghambat secara kompetitif enzim alfa-glukosidase di usus kecil, sehingga penyerapan karbohidrat tertunda (ACP, 2007). Efek sampingnya adalah diare (Wells, Dipiro, & Schwinghammer, 2003)
f. Penghambat Dipeptidil Peptidase IV
Obat ini menghambat dipeptidil peptidase IV yaitu enzim yang menurunkan sekresi inkretin. Hormon inkretin dapat meningkatkan sekresi insulin dan menekan sekresi glukagon (ACP, 2007).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar