Minggu, 08 Desember 2013

Kerinduan

Hari ini hari Minggu, kebiasaan 5 tahun terakhir, semenjak aku harus pergi dari rumah untuk menuntut ilmu, adalah telponan dengan orang rumah. Siapa saja yang ada di rumah, semua bicara kepada ku. Tapi hari Minggu ini, minggu kelima setelah kepergianmu, aku tak bisa lagi bicara padamu Bapak. Setiap mamak menelponku, aku selalu menunggu waktu itu, menunggu pertanyaan itu, “Mau ngomong same Bapak e?”. Tapi 5 minggu terakhir aku tak pernah lg mendengar pertanyaan itu, meski aku masih selalu menunggunya hingga akhir percakapan.
23 tahun lamanya, aku hidup denganmu, begitu banyak kenangan yang kita lalui bersama, dan aku tidak bisa begitu saja menekan tombol Ctrl+A lalu DELETE. Tak bisa. Aku tak bisa melakukannya. Begitu sulit. Bayangan akan kenangan itu muncul begitu saja, berputar-putar di otakku.

Termasuk kejadian pagi ini. Aku membeli mangga, dan mengupasnya karna ingin ku makan. Tapi sepanjang aku mengupas mangga itu tanpa aku sadari ada bulir2 air kembali mengalir di pipiku. Entah mengapa bayangan itu muncul begitu saja. Waktu itu musim mangga di kampung, pohon mangga di rumah nenek berbuah lebat. Setiap pagi berguguran buah yang sudah matang. Bapak yang setiap shubuh shalat di masjid, sepulangnya selalu menyempatkan diri nyando mangga di rumah nenek (yang sekarang menjadi rumah tante). Sesampainya di rumah, Bapak selalu mengajakku mengupas mangga tadi. Hanya kami berdua. Setelah aku dewasa aku yang sering kali mengupaskan mangga untuk Bapak, dan selalu saja setelah aku mencoba potongan pertama, aku mengatakan rasa mangga tersebut, dan selalu kebalikan dari rasa sebenarnya, misal rasanya manis, aku selalu bilang “Masam” dengan ekspresi wajah yang menunjukkan rasa asam, lalu Bapak penasaran, dan juga ingin merasakan rasa mangga itu, Bapak juga menimpali “Ooo iye ye,, masam”, lalu tertawa. Dan kami pun asyik menikmati mangga tersebut sambil tertawa, bercanda.

Itu hanya sedikit kisah kebersamaan ku dengannya. Masih banyak lagi pelajaran2 lainya yang Bapak ajarkan padaku. Termasuk tentang teknik mengupas mangga. 23 tahun itu waktu yang cukup panjang, namun terasa singkat bagiku untuk kebersamaan ini. Aku sangat merindukannya. Aku tak pernah menyangka Allah begitu cepat memisahkan kami. Begitu cepat mengambilnya, orang yang sangat aku sayangi. Namun setelah aku belajar lebih banyak lagi tentang arti kesabaran, tentang arti melepaskan, tentang ikhlas, aku mengerti, bahwa Allah lebih menyayanginya, dan Allah ingin Bapak bersamaNya, makanya Allah mengambilnya. Berharap besok, suatu saat nanti kita bertemu lagi ya Pak. Aku tahu, Bapak saat ini sedang menyiapkan kehidupan kami di surganya Allah, seperti halnya Bapak menyiapkan kehidupan kami di dunia ini, dan saat semuanya telah siap, Bapak akan meminta kepada Allah untuk memanggil kami, dan berkumpul kembali di surga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar