Minggu, 08 Desember 2013

Ku Tunggu Dirimu di Pelaminan

7 Desember 2013 @Masjid Agung Al Azhar

Oleh Fahira Idris
Tips dalam menjalani kehidupan Rumah Tangga
1.Jangan mengungkit-ungkit masa lalu
Jangan menyalahkan masa lalu pasangan kita, karena setiap orang memiliki masa lalu. Dan lihatlah bagaimana ia menyiapkan masa depannya.
2.Harus berfikir positif
Kekhawatiran kita adalah do’a, maka berfikir positif lah.
Pasangan kita bukan orang yang sempurna, pasti ada kelebihan dan kekurangan, jika ingin selamat maka fokuslah padqa kelebihannya
3.Tidak memberikan ruang, hal ini merupakan kesalahan, karena akan membuat pasangan merasa tidak nyaman dengan kita. Kekesalan itu ada timingnya untuk ditumpahkan. Perhatikan waktu dan keadaan saat ingin menumpahkan kekesalah, apakah pasangan siap atau tidak.
4.Jangan terlalu asyik dengan kesibukan sendiri.
Kasus getged yang menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang jauh, ini berbahaya. Begitu juga, untuk seorang istri yang aktif, baik itu istri yang bekerja atau istri yang aktif di komunitas. Keluarga juga butuh perhatian sehingga jangan dilupakan. Bagi waktu antara pekerjaan, komunitas dan keluarga. Dan yang menjadi prioritas utama adalah KELUARGA
5.Menjaga romantisme
Ini sangat penting, bukan hanya di awal di pernikahan saja. Miliki panggilan sayang yang khusus.
6.Memperhatikan PENAMPILAN, karena laki-laki makhluk visual
Jaga penampilan, jangan memberikan yang sisa-sisa bagi pasangan, maksudnya dengan berdandan rapi untuk keluar rumah dan tampil seadanya di dalam rumah, ini harus dihindari. Karena keluarga juga ingin yang terbaik dari kita.
7.Dalam membina rumah tangga nanti, perhatikan hal-hal kecil namun sangat penting
Perhatikan apakah pekerjaannya membawa berkah atau tidak

Oleh Mas Reza & Mba Nina
Alasan Menikah
1.Niat, innamal a’malu bin niat. Niatkan bahwa menikah itu lillahi ta’ala
2.Meneruskan keturunan
3.Meningkatkan kualitas hidup
“Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang diantara kamu, dan juga orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberi kemampuan kepada mereka dengan karuniaNya. Dan Allah Mahaluas (pemberianNya), Maha Mengetahui”.

“Siapapun bisa jatuh cinta, tapi tidak semua orang bisa mempertahankan cintanya.”

Maka dari itu, perlu ilmu dalam mempertahankan cinta itu. Dan kepada siapa cinta itu dilabuhkan? Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dan beberapa hal yang harus disiapkan.
1.Agama
Indikatornya: - Bacaan Al Qur’an dan Shalatnya
Bagaimana cara mendapatkannya? Dengan “Memantaskan Diri”. Karena Allah akan mempertemukan jodoh dengan kepantasan.
2.Psikologi
Pelajari kepribadian istri-istri Rasul, belajar untuk mengaplikasikannya
Belajar membaca karakter psikologi pria, agar tidak salah dalam mengambil tindakan, karena fungsi suami-istri adalah saling menguatkan
3.Keuangan
Jangan lihat penghasilannya saat ini, tapi lihatlah potensi yang ada pada dirinya dan kita mendorong ia untuk mengembangkan potensinya.

“Wanita Sholehah tidak dilihat dari pakaiannya, tapi dari pakaiannya memperlihatkan ketaatannya kepada Allah”
“Jika kepada penciptanya saja ia tidak taat, apalagi kepada sesama penciptaan”

Sejarah Al-Qur’an

6 Desember 2013 oleh Dandi Farid Mustofa (Abi Makki) @Masjid Agung Al Azhar

Al Qur’an adalah firman Allah yang diturunkan kepada Rasulullah SAW melalui malaikat Jibril yang mengandung mu’zizat secara lafadz dan ma’na yang apabila kita membacanya akan mendapatkan pahala dari setiap bacaan, setiap huruf 10 rahmat yang sampai kepada kita dengan sejarah yang jelas.

Pengumpulan Al Qur’an yang pertama kali di zaman Rasulullah SAW dimana pada zaman ini dikumpulkan Al-Qur’an di hati para sahabat. Para sahabat menghafalkan Al Qur’an dan Al Qur’an dikumpulkan di hati para sahabat. Bahkan sebelum Rasulullah memerintahkan Al Qur’an dikumpulkan di dalam lembaran-lembaran yang ditulis, apakah itu tulang, apakah itu dari kulit atau batu, Rasulullah melarang untuk mencatat selain Al Qur’an sekecil apapun karena ditakutkan akan bercampur mana Al Qur’an dan mana hadist. Dimana Rasulullah mengatakan “Jangan kalian mencatat apapun yang aku katakan kecuali firman Allah”. Sekali Rasulullah mengucapkan para sahabat langsung hafal, karena ap? Karena mereka terbiasa menghafal syair-syair dalam bahasa arab. Rasulullah ingin para sahabat konsentrasi penuh pada Al Qur’an sehingga ketika sudah bisa membedakan barulah boleh menuliskan hadist. Kemudian Rasulullah wafat. Masuklah di zaman Abu Bakr Ash-Shiddiq.

Abu Bakr Ash-Shiddiq
“Sebaik-baik manusia yang hidup di muka bumi ini setelah Nabi dan Rasul adalah Abu Bakr”. Subhanallah, begitu mulia derajat dan kedudukan Abu Bakr dimata Rasulullah.
Pada masa Abu Bakr ini terjadi banyak pertempuran dan peperangan banyak sekali orang mu’min wafat, sekali wafat 500, 700, 400 orang. Umar bin Khattab adalah orang yang cerdas, langsung datang menemui Abu Bakr dan berkata, “Wahai Abu Bakr bagaimana jika Al Qur’an dikumpulkan, disusun rapi?”. Lalu Abu Bakr menolak dengan mengatakan, “Saya tidak bisa melakukan sesuatu yang Rasulullah tidak mengerjakannya”. Kehati-hatian Abu Bakr, padahal apa yang dikatakan oleh Umar adalah baik dan boleh untuk diikuti. Abu Bakr berkata, “Bagaimana Umar, aku akan mengumpulkan Al Qur’an, sedang Rasulullah tidak mengerjakannya?”. Beberapa hari kemudian Umar datang kembali dan akhirnya diterima dan dikumpulkannya Al Qur’an di zaman Abu Bakr Ash-Shiddiq dengan takutnya hilangnya Al-Qur’an dari muka bumi ini karena yang menghafal Al Qur’an semakin menipis, dan dipilihlah panitianya, salah satunya Zaid bin Tsabit.

Ustman bin Affan
Kemudian pengumpulan Al Qur’an pada zaman Ustman bin Affan. Berbeda antara cara pengumpulan Al Qur’an di zaman Abu Bakr dengan zaman Ustman bin Affan. Penyebab dikumpulkannya Al Qur’an di zaman Abu Bakr tidak sama dengan penyebab dikumpulkannya Al Qur’an di zaman Ustman bin Affan.
Siapa Ustman bin Affan??
Rasulullah SAW mengatakan, “Apakah aku tidak malu dengan seorang lelaki yang malaikat saja malu berjumpa dengan Ustman”. Ustman bin Affan, yang memiliki 2 cahaya, karena ap? Karena putri Rasullullah keduanya dinikahkan kepada Ustman, yaitu Ruqayyah, dimana ketika Ruqayyah wafat dinikahkan lagi dengan Ummu Kultsum. Dimana ketika Ummu Kultsum wafat, saat selesai dikuburkan langsung Rasulullah mengatakan, “Wahai, sahabat-sahabatku, lihat, saya tidak rela Ustman hidup tanpa memiliki istri. Siapa yang memiliki keluarga perempuan silahkan lamar Ustman bin Affan. Dan Demi Allah seandainya aku punya anak lagi perempuan, aku rela menikahkan lagi dengan Ustman. Dan seandainya aku punya 100 wanita (anak perempuan) lalu wafat satu-satu, aku akan nikahkan dengan Ustman bin Affan lagi.”
Di zaman Ustman bin Affan, Islam menyebar luas. Karena Islam sudah menyebar kemana-mana, disitulah Khuzaifah salah seorang sahabat Rasul, datang kepada Ustman, dan berkata, “Yaa, Amirul mu’minin, Qur’an ini diturukan dalam 7 huruf (7 bahasa Arab, karena tiap kobilah berbeda-beda bahasa namun semuanya bahasa arab) dan Islam sudah menyebar kemana-mana, bahkan banyak orang yang mengatakan bahwa bacaan kobilah mereka lebih baik dari kobilah sana dan begitu sebaliknya, akhirnya hampir saja bertengakar”, lalu Khuzaifah melanjutkan “Saya melihat alangkah baiknya Al Qur’an dikumpulkan menjadi satu”. Lalu Ustman menyimpulkan daripada nanti banyak yang aneh-aneh dan banyak perpecahan, maka dikumpulkan semua Al Qur’an dijadikan satu dan dijadikan satu bahasa yaitu bahasa Quraisy. Dan sekaligus disitu Ustman bin Affan berijtihad memberikan tanda-tanda huruf seperti, ba, ta, tsa, jim, ha, kho, dll, karna sebelumnya belum ada tanda-tanda seperti itu. Maka ada mushaf yang dikatakan mushaf dengan khot Ustmani.
Jika semua Qur’an sudah dijadikan satu dalam bahasa Quraisy yaitu bahasa Makkah, karna Rasullullah adalah orang Makkah dan berbicara sehari-hari dengan bahasa Makkah, lalu kemana Al Qur’an yang dalam 6 bahasa lainnya? Ustman bin Affan memerintahkan untuk memusnahkannya dengan dibakar. Demi persatuan. Karena Islam sangat mementingkan persatuan. Maka yang satu disimpan dan yang enam lainnya dimusnahkan.

Wallahu’alam...

Kerinduan

Hari ini hari Minggu, kebiasaan 5 tahun terakhir, semenjak aku harus pergi dari rumah untuk menuntut ilmu, adalah telponan dengan orang rumah. Siapa saja yang ada di rumah, semua bicara kepada ku. Tapi hari Minggu ini, minggu kelima setelah kepergianmu, aku tak bisa lagi bicara padamu Bapak. Setiap mamak menelponku, aku selalu menunggu waktu itu, menunggu pertanyaan itu, “Mau ngomong same Bapak e?”. Tapi 5 minggu terakhir aku tak pernah lg mendengar pertanyaan itu, meski aku masih selalu menunggunya hingga akhir percakapan.
23 tahun lamanya, aku hidup denganmu, begitu banyak kenangan yang kita lalui bersama, dan aku tidak bisa begitu saja menekan tombol Ctrl+A lalu DELETE. Tak bisa. Aku tak bisa melakukannya. Begitu sulit. Bayangan akan kenangan itu muncul begitu saja, berputar-putar di otakku.

Termasuk kejadian pagi ini. Aku membeli mangga, dan mengupasnya karna ingin ku makan. Tapi sepanjang aku mengupas mangga itu tanpa aku sadari ada bulir2 air kembali mengalir di pipiku. Entah mengapa bayangan itu muncul begitu saja. Waktu itu musim mangga di kampung, pohon mangga di rumah nenek berbuah lebat. Setiap pagi berguguran buah yang sudah matang. Bapak yang setiap shubuh shalat di masjid, sepulangnya selalu menyempatkan diri nyando mangga di rumah nenek (yang sekarang menjadi rumah tante). Sesampainya di rumah, Bapak selalu mengajakku mengupas mangga tadi. Hanya kami berdua. Setelah aku dewasa aku yang sering kali mengupaskan mangga untuk Bapak, dan selalu saja setelah aku mencoba potongan pertama, aku mengatakan rasa mangga tersebut, dan selalu kebalikan dari rasa sebenarnya, misal rasanya manis, aku selalu bilang “Masam” dengan ekspresi wajah yang menunjukkan rasa asam, lalu Bapak penasaran, dan juga ingin merasakan rasa mangga itu, Bapak juga menimpali “Ooo iye ye,, masam”, lalu tertawa. Dan kami pun asyik menikmati mangga tersebut sambil tertawa, bercanda.

Itu hanya sedikit kisah kebersamaan ku dengannya. Masih banyak lagi pelajaran2 lainya yang Bapak ajarkan padaku. Termasuk tentang teknik mengupas mangga. 23 tahun itu waktu yang cukup panjang, namun terasa singkat bagiku untuk kebersamaan ini. Aku sangat merindukannya. Aku tak pernah menyangka Allah begitu cepat memisahkan kami. Begitu cepat mengambilnya, orang yang sangat aku sayangi. Namun setelah aku belajar lebih banyak lagi tentang arti kesabaran, tentang arti melepaskan, tentang ikhlas, aku mengerti, bahwa Allah lebih menyayanginya, dan Allah ingin Bapak bersamaNya, makanya Allah mengambilnya. Berharap besok, suatu saat nanti kita bertemu lagi ya Pak. Aku tahu, Bapak saat ini sedang menyiapkan kehidupan kami di surganya Allah, seperti halnya Bapak menyiapkan kehidupan kami di dunia ini, dan saat semuanya telah siap, Bapak akan meminta kepada Allah untuk memanggil kami, dan berkumpul kembali di surga.

Minggu, 01 Desember 2013

Ihsanul Amal

Ihsanul amal, menurut bahasa ihsan artinya baik, amal artinya perbuatan. Dalam hal ini yang dimaksud adalah perbuatan manusia. Jadi, ihsanul amal merupakan perbuatan-perbuatan manusia yang baik. Bagaimana perbuatan yang baik itu? Yaitu perbuatan yang dilandaskan dengan niat yang ikhlas dan dikerjakan dengan cara yang benar.

Niat yang ikhlas merupakan niat yang murni semata-mata hanya mengharapkan ridho Allah. Karena sesungguhnya seseorang masuk ke dalam surga bukan karena amalnya akan tetapi ridho Allahlah yang memasukkannya ke dalam surganya Allah. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda “Tidaklah seseorang masuk surga dengan amalnya. Ditanyakan, ‘Sekalipun engkau wahai Rasulullah?’ Beliau bersabda, ‘Sekalipun saya, hanya saja Allah telah memberikan rahmat kepadaku’” (HR. Bukhari dan Muslim).

Lantas, apakah kita tidak perlu beramal? Kan masuk surga bukan karena amal?

Nah, kalo tidak beramal bagaimana caranya kita mencapai ridho Allah? Memang masuk surga itu bukan karna amalan kita, tapi karna ridho Allah, dan untuk mendapatkan ridho Allah itu kita mesti membujuk Allah dengan berbuat amal kebaikan yang diniatkan murni semata-mata hanya mengharapkakn ridho Allah. Perbuatan sebaik apapun, amalan baik apapun jika niatnya hanya untuk pemenuhan nafsu belaka dan tidak diiringi dengan niat untuk mencari ridho Allah, maka itu akan sia-sia, dan bisa jadi kita memperoleh balasannya hanya di dunia saja.

Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Hud: 15-16, yang artinya: “Barang siapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, pasti Kami berikan (balasan) penuh atas pekerjaan mereka di dunia (dengan sempurna) dan mereka di dunia tidak akan dirugikan (15) Itulah orang-orang yang tidak memperoleh (sesuatu) di akhirat kecuali neraka, dan sia-sialah disana apa yang telah mereka usahakan (di dunia) dan terhapuslah apa yang telah mereka kerjakan (16)”

Setelah niat yang tulus untuk mendapatkan ridho Allah, maka langkah selanjutnya adalah dengan melakukannya dengan cara yang benar, yaitu yang sesuai dengan perintah dan larangan Allah. Melakukannya dengan cara terbaik yang sesuai dengan yang disyariatkan oleh Allah dan sunnah Rasulullah. Adapun 3 hal yang dapat menjadikan kita terbaik dalam melakukan sesuatu adalah 3 AH, yaitu kafaAH, himmAH, dan amanAH.

kafaAH artinya ahli. Ahli dalam bidang apapun itu, karena orang yang ahli akan dibayar lebih, dihargai lebih, dinilai lebih dan lebih2 lainnya. Misalnya ingin menjadi apoteker, maka ia harus ahli dalam bidang itu, atau ingin melakukan dhuha maka ia harus ahli. Karena akan berbeda sesuatu yang dikerjakan oleh orang yang ahli dengan yang tidak.

himmAH atau passion. Mungkin sudah sering kali hal ini dibahas, “Jika ingin sukses, maka bekerjalah sesuai passion kita”. Karena bekerja dengan passion itu akan membuat kita bergairah dan bersemangat. Bagaimana bekerja dengan passion itu?? Yaitu dengan mendorongnya dengan strong why dan menariknya dengan dream. Maka susunlah berbagai macam alasan kita melakukan sesuatu maka akan semakin bersemangat kita mengerjakannya. Dan tuliskanlah impian-impian kita sedetail mungkin agar kita dapat mengambil langkah dalam mewujudkannya.

amanAH, amanah ini merupakan nilai diri kita, apakah kita dapat dipercaya, mempunyai integritas yang tinggi.

Nah, dari kedua hal itu, baik itu niat yang ikhlas dan cara yang benar, memerlukan ilmu untuk mewujudkannya. Ilmu itu ada dua yaitu ilmu agama dan ilmu dunia. Adapun hukum mencarinya, ilmu agama itu hukumnya fardhu’ain sedangkan ilmu dunia itu hukumnya fardhu kifayah.
Karna ap? Karna dengan ilmu itu amalan kita bisa diterima disisi Allah. Dan kita akan mendapatkan pahala, kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di akhirat.

8 Kebahagiaan Dunia (Al-Imam Ibnu Katsir)
1.‘Afiyah (Kesehatan)
2.‘Ilmun-Nafi’ (Ilmu yang bermanfaat)
3.Amalun-Shalih (Pekerjaan yang baik)
4.Rizkun Wasi’ (Rezeki yang lapang)
5.Zaujatun Hasanah (Istri yang baik dan cantik)
6.Darun Rahbah (Rumah yang luas)
7.Markabun Hayyin (Kendaraan yang Nyaman)
8.Tsana-un Jamil (Nama yang baik dan terhormat)

Adapun kebahagiaan akhirat yaitu, dimasukkan ke dalam surganya Allah dan dikumpulkan bersama orang-orang yang dicintai oleh Allah dan kita kekal di dalamnya. Tak ada kebahagiaan lain yang menandingi kebahagiaan ini. Berada di surga firdaus, melihat Allah di atas ’Arsy nya.