Sabtu, 02 Juli 2011

Terapi Antidotum

Terapi antidotum merupakan tatacara untuk membatasi intensitas efek toksik zat kimia atau menyembuhkan sehingga bermanfaat dalam mencegah timbuknya bahaya selanjutnya.

Strategi Terapi Antidotum
Untuk menurunkan jumlah zat kimia dalam sel target, dapat dilakukan dengan cara menghambat absorbsi dan distribusi serta mempercepat metabolisme dan ekskresi
Penghambatan absorbsi dapat dilakukan dengan cara pemberian emetik / dimuntahkan, bilas lambung atay pemberian absorben
Percepatan eliminasi dapat dilakukan dengan cara diuresis paksa, hemodialisa, pengasaman atau pembasaan urin
Untuk meningkatkan nilai KTM, dapat dilakukan dengan pemberian antidotum khusus/spesifik, ex: pemberian Na sufat untuk keracunan sianida, kelat untuk keracunan logam dan nalokson untuk keracunan opiat.

Terapi antidotum dibedakan menjadi 2, yaitu :
1. Terapi Non Spesifik,
Terapi ini terdiri dari 2 macam, yaitu :
a. Menghambat absorbsi zat racun, dapat dilakukan dengan cara mencuci kulit yang terkontainasi oleh zat racun dalam lambung dan memberiakn pencahar,, atau dapat juga dilakukan dengan pemberian arang aktif, mengeluarkan racun dari lambung (bilas lambung), dan pemberian katartik (pencahar).
b. Mempercepat eliminasi, dapat dilakukan dengan cara meningkatkan ekskresi (pengasaman atau pembasaan urin dan diuresis paksa)

2. Terapi Spesifik
Terapi ini dikelompokkan menjadi 3, yaitu :
a. Antidotum yang bekerja secara kimiawi
1). Zat2 pembentuk kelat,, seperti dimercaprol (BAL), EDTA, penisilamin (cuprin), deferoksamin, trientin (cuprid)
2). Fab Fragmen, yaitu suatu antibodi monoklonal yang dapat mengikat digoksin dan mempercepat ekskresinya melalui filtrasi glomerulus
3). Dikobaledetat dan Hidrokobalamin
4). Detoksifikasi enzimatik, seperti etanol, atropin dan pralidoksim, N-asetilsistein dan metionin
b. Antidotum yang bekerja secara farmakologi
1). Nalokson hidroklorida
2). Flumazamil
3). Oksigen
c. Antidotum yang bekerja sebagai antagonis fungsional, ex : diazepam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar