Selasa, 27 Agustus 2013

Cinta Ibu

Hari ini sengaja ke kampus UI tercinta bwt ketemu dosen pembimbing (setelah menjalani PKPA maka k kampus itu adl hal yg istimewa).... Tp tunggu menunggu ternyata yg dicari tak kunjung muncul.. Sembari menunggu mengisi waktu dg menonton video ust favorit, suami idaman,ust.Felix Siauw... Yg kebuka video beliau di bukan 4 mata, hitam putih, sm yg paing menarik video beliau di inspirasi iman... Tema ny tentang bidadari2 penyempurna sayap2 lelaki yg luar biasa, iya, seorang ibu dan seorang istri yg sholehah... Bintang tamu ny Mas Ippho 'right', beliau menceritakan bagaimana bidadari2 ny itu mengawal kesuksesan beliau.. Terutama ibu beliau, menurut penuturan beliau ibu ny mas Ippho memiliki peranan penting dalam mencapai kesuksesan beliau saat ini, salah satu ny, saat ibu ny dulu sering mengikuti seminar2 org2 hebat dan ibunya berdo'a "Ya Allah, jadikan lh anak hamba lebih hebat dari trainer ini" dan mas Ippho merasa sekarang ini do'a ibu nya terkabul, meski ia tdk merasa hebat, do'a ibunya tersebut di dengar oleh Allah dan jadilah mas Ippho yg sprti skr ini...
Ibu, perkataanmu sangat berpengaruh terhadap kehidupan anakmu, perkataan itu adalah do'a.. Sebandel apapun anak mu jgn pernah mengucapkan kata yg tidak baik, tp do'akn lah anakmu untuk menjadi lebih baik.
Untuk anak2, jd lah anak2 yg shaleh, yg tidak durhaka kpd ibu bapak, yg brerbakti kpd kedua orang tua, yg membahagiakan kedua orangtuany, dqn selalu memohon restu org tua dlm tiap langkah hidup agar dimudahkan jalannya..
Dan semasa td di kampus, seorang ibu menghampiri dan bertanya dmn ruang dekanat dg membawa selembar kertas untuk mengambil surat undangan wisuda.. Dan belum smpat saya bertanya kenapa ibu yg mengambil bukan anak ny, sang ibu sudah menjelaskan kalau anakn ny kecelakaan dalam perjalanan mengambil undangan td dan di rawat di fatmawati.. Semoga sang anak segera disembuhkan...
Begitu lah cinta ibu, selali ingin melihat anak nya bahagia..

Sabtu, 24 Agustus 2013

Semangat Nasionalisme

Definisi NASIONALISME menurut KBBI merupakan suatu  paham (ajaran) untuk mencintai bangsa dan negara sendiri, sifat kenasionalan; kesadaran keanggotaan suatu bangsa yang secara potensial atau aktual bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan mengabadikan identitas, integritas, kemakmuran, dan kekuatan bangsa itu; semangat kebangsaan.
Semangat nasionalisme ini sering kali disemarakkan di pertengahan bulan Agustus, iya, menjelang peringatan hari kemerdekaan negara kita tercinta, Indonesia, tanah air mu *eh. Berbagai cara dilakukan orang Indonesia untuk menunjukkan rasa nasionalisme mereka, dan yang lebih banyak ku lihat, di situs jejaring sosial melalui status2 mereka.  Berbagai tips pemuda-pemudi yang berisikan cara mereka mengisi kemerdekaan ini dengan sebaik-baiknya. Sangat bermanfaat. Meski aku tak tau apakah rasa itu hanya ada di bulan Agustus atau rasa itu terus bersemayam di hati mereka sepanjang tahun, sepanjang hidup mereka. Semoga saja di tangan pemuda-pemudi ini Indonesia menjadi lebih baik.
Tak ingin lebih banyak berkomentar mengenai rasa nasionalisme itu karena diri sendiri belum banyak berbuat untuk Tanah Air ini.
Sebab musabab aku menuliskan “Semangat Nasionalisme” ini tak lain tak bukan ingin berbagi kemeriahan peringatan 17an di kampung ku...
Sebuah kampung yang terletak di Pulau Kalimantan, sebuah kampung yang selalu aku rindukan keramahan penduduknya, sebuah kampung yang bebas dari kemacetan, sebuah kampung dimana aku dibesarkan disana dengan segala kebaikannya, sebuah kampung yang diberi nama kampung kaum (sebutan singkat untuk Kauman).
Hari itu, matahari di ufuk timur juga ikut tersenyum menyambut kemeriahan peringatan hari kemerdekaan dikampungku. Dan itu pertanda hari ini akan berjalan dengan sangat indah. Orang-orang sudah berkumpul di karpet hijau yang disediakan alam, tak semeriah konser-konser artis papan atas, apalagi konser artis korea *eh, hanya tetangga dekat dan anak2 yg ikut meramaikan pesta kemerdekaan ini. Dan aku juga tak bisa berada disana karena tuntukan kewajiban yang lain. Tapi tak mengurangi sedikitpun kemeriahannya, dan aku bisa merasakannya. Celoteh anak-anak itu, gelak tawa para orang tua, teriakan-teriakan pemberi semangat dan senyum-senyum tulus mereka. Berbagai perlengkapan perlombaan telah dipersiapkan, saat semua telah siap, berbagai perlombaan dimulai, dan saudaraku sempat mengabadikan keceriaan itu melalui foto-foto berikut.







Apa yang ada dibenak kalian saat melihat foto2 di atas?
Tidak kreatif? Ketinggalan zaman? Tidak ada kemajuan?
Iya, mungkin ada sebagian yang berpikiran begitu, di zaman yang semodern ini, disaat semua serba canggih, di saat negara lain sudah berlomba2 mengembangkan teknologi, masih saja ada lomba makan kerupuk dan lomba kelereng di peringatan hari kemerdekaan negara kita ini. Tapi entah mengapa, yang aku rasakan, dengan hal-hal kecil seperti inilah kebersamaan itu terjalin *mungkin akunya yg ketinggalan zaman, hehe
Menurutku, setiap permaian terdapat pelajaran yang dapat diambil, mesti tidak terpampang nyata. Tinggal bagaimana cara tetua menjelaskan pada anak cucunya. Seperti lomba makan kerupuk, satu pelajaran yang dapat diambil bahwa hidup itu butuh perjuangan tanpa kecurangan dengan mencuri2 memegang kerupuknya untuk dimasukkan ke dalam mulut. Sedang lomba kelereng kita tentang keseimbangan, dengan menyeimbangkan kehidupan ini maka akan selamat sampai tujuan. Ini menurutku, mungkin berbeda menurut pendapat yang lain.
Bagaimanapun itu setiap orang punya masing2 cara untuk mengisi kemerdekaan ini. Semoga bermanfaat.